Jumat, 14 September 2012

ASUHAN KEPERAWATAN DECOM CORDIS (GAGAL JANTUNG)

ASUHAN KEPERAWATAN
DECOM CORDIS (GAGAL JANTUNG)

A.    DEFINISI
Gagal jantung adalah: ketidak mampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi jarinagan akan oksigen dan nutrisi
(Brunner dan Sunddrat 2001)

B.     PATOFISIOLOGI
1.      Etiologi
a.       Kelainan Otot jantung
Gagal jantung paling sering  pada penderita kelainan jantung, menyebabkan menurungnya kontraktilitas jantung.
b.      Aterosklerosis
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggu nya aliran darah keotot jantung.
c.       Hipertensi Sistemik
Meningkatny kerja beban jantung sehingga menglami hipertrofi serabut jantung
d.      Paradangan dan penyakit miokardium degeneatif
Peradangan terjadi karena terjadi kerusakan serabut jantung sehingga menimbulkan kontraktilitas menurun
e.       Penyakit Jantung Lain
Penyakit gagal jantung dapat terjadi akibat penyakit jantung yang mempengaruhi kerja jantung.
f.       Factor sistemik
Tedapat sejumlah factor yang berferan dalam perkembangan dan berstnya gagal jantung
2.      Manifestasi klinis
·         Gagal jantung sisi kiri dan kanan ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami gagal kegagalan secara terpisah
·         Gagal jantung kiri kogesti paru mengalami penonjolan . pada gagal jantung kiri ventrikel kiri akan mengalami batuk, dispnea, mudah lelah, gelisah, cenas dan suka terkejut ronhki,takikardi,pembesaran jantung,
·         Gagaj jantung kanan  dan ventrikel kanan adlah akan mengalami kongesti visera da jaringa perifer terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongka volune darah dalam paru sehinga menimbulkan mual, anoreksia, lemah, nokturia, edema.ditensi venaa jugularis

3.      Proses perjalanan penyakit
Gangguan kontraktifitas jantung
 

Penurunan curah jantung
 

System saraf simpatis akan berkontraksi denga cara mempercepat frekuensi jantung untuk meningkatkan curah jantung agar tetap normal
Bila system saraf simpatis gagak berkonpensasi maka konpen sasi dilakukan oleh
Volume sekutup
 

Bila volume sekutup tidak dapat melakukan konpensasi maka jurah jantung akan tetep menurun
Gagal jantung
4.      Komplikasi
a.       Syok kardiogenik
b.      Episode tromboemboli
c.       Efusi pericardial
d.      Rupture miokardium
e.       Henti jantung

C.    PENATALAKSANAAN
Ø  Medis
Pemeriksaan diagnostic
*      Elektrokardiografi: dapat mempelihatkan infark miokardium yang terjadi sebelumnya,misalnya mengalami kelainan gelombang ST dan T,kemungkinan juga terdapat hipertropi ventrikel kanan dan kiri.
*      Radiografi: pemwriksaan bayangan jantung untuk mengetahui adany pembesaran pada proyeksi posterioanterior
*      Elektrolit serum: kadar natrium rendak
Farmakologi
*      Digitalis : untuk meningkathan kerja jantung atau kontrsksi dan frekuensi jantung
*      Diuretic: untuk memacu eskesi natrium dan air melalui ginjal
*      Vasilidator: digunakan untuk mengurangi tekanan terhadap penyemburan darah oleh ventrikel
Diit : klien diit natrium kurang dari 1000mg.
Ø  Keperawatan
*      Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung
*      Menigkatkan kekuatan dan eskstensi kontraksi jantung dengan bahan farmakologis
*      Menghilangkan penimbunan cairan tubuh berlebihan dengan terapi diuretic dan istirahat

D.     ASUHAN KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
Pernafasan
Gejala : takikardi, dispnea,
Tanda: peningkatan frekuensi pernafasan
Sirkulasi
Tanda : peningkatan tekanan darah,pembesaran jantung,frekuensi jantung menurun
Intergritas Ego
Gejala : ansietas, tekejut, lemah,kuatir
Eliminasi Urin
Tanda : penurunan berkemih, diare, nokturia, konstifasi
Makanan dan cairan
Gejala : kehilangan nafsu makaan ,mual, muntah,
Kenyamanaan Nyeri
Gejala : nyeri dada, nyerii abdomen
2.      Diagnose keperawatan
1.      Curah jantung menurun berhubunga dengan perubahan kotraksilitas miokardial
Kemungkinan dibuktikan oleh:
ü  Peningkatan frekunsi jantung takikardi,perubahan pola EKG.
ü  Perubahan tekanan darah
ü  Bunyi jantung estra S3,S4
ü  Penurunan haluran urin
ü  Nadi perife tidak ada
ü  Kulit dingin kusam
ü  Pembesran jantung
ü  Edema, nyeri dada

2.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidaksamaan antara suplai oksigen/ kebutuhan.
Kemungkinan akan dibuktikan oleh:
ü  Kelemahan, kelelahan
ü  Perubahan tanda vitaladanya distritmia
ü  Dispnea
ü  Pucat
ü   Berkeringat
3.      Kelebiha volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi glomelurus (menurunnya curah jantung) meningkatnya produksi  ADH dan retensi natrium/air kemungkinan dibuktikan oleh:
ü  Ortonea, bunyi jantung s3
ü  Oliguria, edema, reflex hepatojugular positif
ü  Peningkatan berat badan
ü  Hipertensi
ü  Distes pernafasan
4.      Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane kapiler  alveolus
Kemungkinan dibuktikan oleh: Tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala membuat diagnose actual
C. PERENCANAAN
A. DX 1: curah jantung menurun berhubungan dengan kontaktilitas miokardial/perubahan inotropik /fungsi sistemik
Tujuan: menunjukan TTV dalam batas yang dapat diterima
KH: TTV stabil dan bebas gejala gaggal jantung
Rencana tindakan keperawatan:
a.       Mandiri:
1.      Auskultasi nadi apical, kaji frekuensi, irama jantung
2.      Catat bunyi jantung
3.      Palpasi nadi perifer
4.      Pantau TD
5.      Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis
6.      Pantau haluaran urin, catat penurunan dan kepekatan/ konsistensi urine
7.      Kaji perubahan pada sensori, contoh letargi, bingung, disorientasi, cemas dan defresi
8.      Berikan istirahat semi rekumben pada tempat tidur/ kursi
9.      Berikan istirahat fskologis dengan lingkungan tenang
10.  Tinggikan kaki, hindari tekanan pada bawah lutut
11.  Periksa nyeri tekan betis, menurnnya nadi  pedal, pembengkakan kemerahan kulit/ pucat pada esternitas.
b.      Kolaborasi:
1.      Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/ masker sesuai indikasi
2.      Berikan obat sesuai indikasi: diuretic, vasolidator, digoxin, captropal, morfin, sulfat, tranquillizer/sedative, antikoagulan
3.      Pemberian cairan IV
4.      Pantau/ ganti elektrolit
5.      Pantau seri EKG dan perubahan foto dada
6.      Pantau pemeriksaan lab: Bun,k reatinin, pemeriksaan fungsi hati CAST-LDH

B. DX II: Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen/ kebutuhan
Tujuan: mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur
KH: klien mencapai peningkatan toleransi aktivitas peningkatan kelemahan dan kelelahan dan TTV
a.Mandri
1.       Sesudah aktifitas sesuai indikasi. Hubunga dengan laporan nyeri dada/napas pendek..
Rasonal :
Kecendrungan menentukan respon pasien terhadap aktivitas dan dapat mengidentifikasi penurunan oksigen miokardia yang memerlukan tigkat aktivitas kembali tirah baring,perubahan programobat, penggunaan oksigen tambahan.
2.      tingkatkan istirahat batasi aktivitas pada dasar nyeri atau respon hemodinamik. Berikan aktivitas senggang yang tidak berat.
Rasional :
Menurunkan kerja miokardiaatau konsumsi oksigen, menurunkan resiko komplikasi (contoh : perluasan IM).
3.            Batasipengunjung atau kunjungan oleh pasien.
Rasional :
Pembicaraan yang panjang sangat mempengaruhi pasien namun periode kunjungan  Yang tenang bersifat terapeutik.
4. Anjurkan pasien menghindari peningkatan tekanan abdomen, contoh mengejan saat devekasi.
Rasional:
Ktivitas yang memerlukan menahan nafas dan menunduk (manuver valsava) dapat mengakibatkan bradikardi, juga menurunkan curah jatung dan takikardi dengan peningktan tekanan darah.
5. Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktivitas,contoh banghun dari kursi bila tak ada nyer, ambulasi dan istirahat selama satu jam setelah makan.
Rasional :
Aktivitas yang maju memberikan kontrol jantung meningkatkan regangan dan mencegah aktivitas yang berlebihan. 
6. Kaji ulang tanda/gejala yang tidak menunjukan tidak toleran terhadap aktivitasatau memerlukan pelaporan pada perawat/dokter
Rasional:
Palpasi, nadi tidak teratur, adanya nyeri dada, atau  dispnea dapat mengindikasikan kebutuhan perubahan program olah raga atau obat.
Kolaborasi:
1.            Rujuk keprogram rehabilitasi jantung
Rasional :
Memberikan dukungan atau pengawasan tambahan berlanjut  dan partisipasi proses penyembuhan dan kesejahteraan
C.DX III: kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya curah jantung)/ meningkatkan produksi ADH dan retensi natrium/air
Tujuan: Mendemonstrasikan volume cairan dengan keseimbangan masukan dan pengeluaran
KH: klien dapat menyatakan pemahaman tentang/ pembatasan cairan individual rencanatindakan keperawatan
a.       Mandiri
  1. Auskultasi bunyi nafas
Rasinal:
Dapart mengidentifikasikn edema paru sekunder akibat dekomnsasi jantung
  1. Catat DVJadanya edema dependen
Rasional:
 Dicurigai adanya gagal kongesti atau kelebiha volume cairan.
  1. Ukur masukan atau pengeluaran cairan, hitung keseimbanganairan
Rasional:
 Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perpusi ginjal, retensi natrium atau air, dan penuruna haluran urin. Keseimbangan cairan positif berulang pada adanya gejala lain menunjukan kelebuhan volume/gagal jantung.
4.      Timbang berat badan setiap hari
Rasional:
Perubahan tib-tiba pada bert badan menunjukan keseimbangan cairan.
5. pertahankan pemasukan total cairan 2000 ml/24 jam dalam toleransi kardipaskuler.
Rasional :
Memenuhi kebutuhan cairan tubuh  orang dewasa tetapi memerlukan pembatasan pada adanya dekompensasi jantung
Kolaborasi :
  1. Berikan diet natrium rendah atau minuman
Rasional: Natrium meningkatkan retensi acairan dan harus dibatasi.
2.      Berikan diuretik, contoh : furosemid (lazix), hidralazin (apresoline),spironolaktem dengan hidronolakton (aldakston)
Rasional:Mungkin perlu untukmemperbaiki kelebihan cairan. Obat pilihanbiasanya tergantung gejala akutatau kronis
3.      Pantau kalium sesuai indikasi
Rasional:
 Nipokalemia dapat membatasi keefektipan terapi dandapat terjadi dengan penggunaan diuretik penurunkalium
D.DX IV: Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane kapiler alveolus
Tujuan: setelah melakukan keperawatan selama 3x24 jam resti herusakan pertukaran gas tidak terjadi
KH: klien berpartisipasi dalam program mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenasi adekuat
Rencana tindakan keperawatan:
a.       Mandiri:
1.      Auskultasi bunyi nafas, catat crokels, mengi
Rasional
Bunyi nafas dapat menurun atau tak ada pada lobus, segmen paru atau seluruh area paru ( unilateral). Area atelektasis tak ada bunyi nafas, dan sebagian area kolaps menurun bunyinya. Evaluasi juga dilakukan untuk area yang baik pertukaran gasnya
2.      Anjurkan pasien batuk efektif, nafas dalam
Rasional
Menurunkan upaya pernafasan
3.      Dorong perubahan posisi sering
Rasional
Posisi membantu memaksimalkan ekspensi paru
4.      Pertahankan duduk dikursi/ tirah baring dengan kepala, tempat tidur tinggi 20-30c, posisi semi powler, sokong tangan dengan bantal
b.      Kolaborasi:
1.      Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
Rasional
Alat dalam mempebaiki hipoksemia yang dapat terjadi penurunan vpentilasi
2.      Berikan obat sesuai indikasi: diuretic, bronkodilator
D.IMPLEMENTASI           
ü  Pengertian Adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik
ü  Tahap pelaksanaan
Uraikan persiapan terhadap keterampilan/ peralatan, lingkungan pengetahuan yang diperlukan
v  Reviuw terhadap keperawatan yang diidentifikasikan pada tahap perencanaan.
v  Mengalisa pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang diperlukan.
v  Mengetahui konmplikasi dan tindakan keperawatan yang mungkin timbul
v   Menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan.
v  Mempersiapkan lingkungan yang konduktif sesuai indikasi

Dokumentasi
Memncatat semua tindakan yang dilakukan dan hasil dari tindakan tersebut dan waktu yang ditentukan

E.     EVALUASI
1.      Pengertian
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.
2.      Jenis  evaluasi
ü  Evaluasi hasil ( formatif )
Tipe evaluasi ini adalah aktifitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan tindakan keperawatan evaluasi proses harus dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap tindakan.
ü  Evaluasi hasil ( sumatif )
Evaluasi hasil adalah perubahan prilaku atau status kesehatan klien pada akhir tindakan keperawatan secara sempurna.
ü  Dokumentasi evaluasi
Perawat mendokumentasikan hasil yang telah atau belum di capai pada “ medical record “ penggunaan istilah perlu ditekankan pada penulisannya untuk menghindari salah persepsi dan penjelasan dalam menyusun tindakan keperawatan lebih lanjut sudah trecapai/tidak, evaluasi dicatat dalam bentuk SOAP.  

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, T.B dan Sutomo.K.1987.Penatalaksanaan Penderita Infark Miokard Akut.
            Medan : Naskah Ceramah Ilmiah RS. St. Elisabeth. 
Arief, Mansjoer. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta : EGC.
Doenges, E. Marilyn dkk. . 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
      Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC.
Noer, Sjaifoellah .2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 3. Jakarta : Balai
      Penerbit FKUI.
Suddarth and Brunner. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta : EGC.